Liputan6.com, Jakarta – Perusahaan di balik chatbot artificial intelligence (AI) ChatGPT, OpenAI, dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk menggarap chip buatannya sendiri.
Kabarnya, perusahaan sedang menjajaki kemungkinan pembuatan chip mandiri ini, serta telah mengevaluasi potensi akuisisi.
CEO OpenAI Sam Altman, mengutip Engadget, Minggu (8/10/2023), sempat mengeluhkan kekurangan GPU karena kekhawatiran pengguna mengenai kecepatan dan keandalan API perusahaan.
Jadi, seperti dilaporkan Reuters, ia menjadikan upaya untuk mendapatkan lebih banyak chip AI sebagai prioritas.
Dikutip dari Tech Crunch, saat ini OpenAI, seperti pesaing-pesaingnya, mengandalkan perangkat keras berbasis GPU untuk mengembangkan model seperti ChatGPT, GPT-4, dan DALL-E 3.
Kemampuan GPU untuk melakukan banyak komputasi secara paralel menjadikannya cocok untuk pelatihan AI paling mutakhir saat ini.
Namun, tren AI generatif, yang jadi keuntungan besar pembuat GPU seperti Nvidia, juga memberikan tekanan besar pada rantai pasokannya.
Microsoft misalnya, menghadapi kekurangan perangkat keras server yang diperlukan untuk menjalankan AI, sehingga dapat menyebabkan gangguan layanan, seperti terungkap dalam laporan pendapatan musim panasnya.
Selain itu, chip AI Nvidia dengan performa terbaik dilaporkan terjual habis hingga tahun 2024.
Selain dapat mengatasi kekurangan GPU, jika OpenAI menggunakan chipnya sendiri, hal ini juga dapat membuat biaya yang terkait dengan operasional produknya menjadi lebih mudah dikelola.
Analisis Stacy Rasgon dan Bernstein Research mencatat, setiap kueri ChatGPT membebankan perusahaan hingga sekitar 4 sen.
Jika layanan chatbot AI ChatGPT menjangkau sampai 100 juta pengguna bulan dalam dua bulan pertama, ini bisa diartikan ada jutaan pertanyaan setiap hari.