Mengutip dari Cryptopolitan, Senin (9/10/2023), meskipun keberhasilan ini merupakan sebuah langkah maju yang signifikan, tetapi algoritme ini baru diuji di Tiongkok.
Para peneliti berniat untuk memperluas penerapannya dengan memanfaatkan data dari Texas Seismological Network Program (TexNet), sebuah sistem yang terdiri dari 300 stasiun pemantauan di Texas.
Tujuan utamanya adalah untuk mengintegrasikan sistem mereka dengan model berbasis fisika yang tidak berdasarkan pada spesifik wilayah. Dengan demikian, prediksi gempa dapat diterapkan di wilayah dengan data seismik terbatas.
Sergey Fomel, anggota tim peneliti dan profesor di Biro Geologi Ekonomi universitas tersebut, mengomentari pentingnya prediksi gempa bumi. Dia juga mengakui bahwa meskipun prediksi global belum dapat dilakukan, tetapi pencapaian mereka menunjukkan bahwa masalah yang tampaknya mustahil ini secara teoritis dapat dipecahkan.
Alexandros Savvaidis, yang memimpin TexNet, menekankan pentingnya sistem peringatan dini. Dia juga menekankan bahwa penting untuk selalu siap siaga setiap saat.
Dengan tingkat prediksi sebesar 70 persen, Savvaidis percaya bahwa teknologi ini dapat secara signifikan mengurangi kerugian ekonomi dan manusia. Dengan demikian, ini berpotensi meningkatkan kesiapsiagaan gempa bumi di seluruh dunia.